Puji Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yangmengangka t topik Perana n Budaya Lokal Mendukung Ketahanan Budaya Nasional pada mata kuliah IlmuBudaya Dasar.Saya juga tidak lupa berterima kasih kepada orang tua, teman –teman semua serta pihak-pihak yang telah membantu saya memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepadasearch engine google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini. Dan Juga kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, Bpk. Edi Fakhri Amin yang telah memberikan kesempatankepada saya melalui tugas makalah ini.Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaatbagi kita semua.
Jakarta, 14 Februari 2017
HALEN RASDINA
DAFTAR ISI
kata pengantar............................................................................................i
daftar isi.......................................................................................................ii
bab 1 pendahuluan
1 latar belakang..........................................................................................1
2 tujuan......................................................................................................2
3 sasaran...................................................................................................3
bab 2pembahasan
1 konsep.......................................................................................................4
2 ciri ciri.........................................................................................................5
3 kisah ..........................................................................................................6
4 perbedaan..................................................................................................7
bab 3 kesimpulan
1 kesimpulan................................................................................................8
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Terdiri dari ribuan gugusan pulau yang menyatakan dirinya adalah bangsa Indonesia. Tidak heran jika bangsaIndonesia memiliki banyak keanekaragaman suku dan budaya yang tertuang dalamslogan Bhineka Tunggal Ika dimana dengan berbagai macam keanekaragaman kekayaandari adat-istiadat, suku, agama, lagu, kesenian, alat tradisional, makanan, minuman, carahidup sampai budaya lokal yang berbeda-beda namun tetap mereka memiliki satu bangsayaitu bangsa Indonesia.Kebudayaan lokal dari masing-masing daerah dari sabang sampai merauke bersatu padu saling menghargai satu sama lain dan saling menyatukan diri tanpamenghilangkan identitasnya masing-masing sehingga semakin menambah kekayaan bangsa yang menyatakan kesatuan budaya lokal yang ada sebagai budaya nasionalIndonesia. Namun dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yangsudah meng-global, masa ini sudah mulai memasuki masa era globalisasi. Dimana semuanegara sudah tidak memiliki batas lagi. Seluruh negara di dunia bagaikan sebuah perkampungan yang dapat dilintasi dengan mudah. Besar kemungkinan terjadi lintaskebudayaan tanpa mengenal asal budaya tersebut dapat masuk dan melebur dengankebudayaan nasional bangsa Indonesia.Dengan masuknya budaya asing yang dengan mudah diperoleh dimana sajakhususnya mudah diakses bagi pemuda-pemudi bangsa Indonesia yang sedang mencari jati diri mereka. Namun, tidak semua budaya yang masuk sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga hal ini merupakan tugas bagi segenap bangsa Indonesiauntuk mengoptimalkan kebudayaan Indonesia agar semakin dikenal khususnya bagi paragenerasi penerus bangsa untuk tetap melestarikan warisan kekayaan bangsa Indonesiayang beraneka ragam.
1
1
Tujuan
Seperti telah kita ketahui bahwa kebudayaan nasional bangsa Indonesia tidak berdiri sendiri, namun terdiri dari ribuan budaya lokal yang tersebar diseluruh penjurunusantara Indonesia. Sedangkan era globalisasi membawa dampak yaitu salah satunyaadalah masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.Sehingga harus dilakukan penyaringan terhadap budaya asing yang masuk, sertamemperkokoh budaya nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sehingga kekayaanyang dimiliki oleh bangsa Indonesia dapat terus dipertahankan dan dilestarikan.Khususnya agar segenap warga negara Indonesia memahami dan meningkatkanrasa memiliki kekayaan bangsa Indonesia. Sehingga secara sadar mempelajarikebudayaan bangsanya sendiri terutama bagi para generasi penerus bangsa Indonesiadiharapkan memiliki jati diri yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.Sehingga era globalisasi tidak membawa dampak buruk dan bukan merupakanancaman bagi bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia memiliki pondasi yang kuatmelalui para generasi penerus bangsa yang memiliki kepribadian dan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Namun, era globalisasi dapat memberikan dampak yang positif sepertimembuka wawasan bangsa Indonesia, serta memanfaatkan kemajuan pengetahuan danteknologi untuk memperkenalkan kekayaan dan kebudayaan bangsa Indonesia ke segala penjuru daerah bangsa Indonesia. Sehingga segenap warga negara Indonesia dari daerahmanapun dapat mengenal budaya daerah lain dan mengakui budaya tersebut sebagaikeanekaragaman budaya bangsa.Maka budaya lokal merupakan tulang punggung dari budaya nasional, dan kitasebagai generasi penerus bangsa hendaknya mengenal kebudayaan lokal untuk memperkokoh ketahanan budaya nasional akan masuknya budaya asing yang dapatmenghilangkan budaya bangsa Indonesia. Sehingga tidak menutup kemungkinankebudayaan bangsa Indonesia dikenal dan diakui oleh bangsa lain2
Sasaran
Kebudayaan lokal yang menjadi pondasi budaya nasional bangsa Indonesiahendaknya dipelihara dan diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Dengan semakin berkembangnya bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dapat dimanfaatkan olehsegenap warga negara Indonesia untuk memperkenalkan semua keanekaragaman budayalokal kepada seluruh dunia agar kebudayaan nasional Indonesia dapat dikenal danmendapat pengakuan dari seluruh dunia.Terutama bagi generasi penerus bangsa untuk tetap menjaga dan melestarikannyaserta mengenal jati diri budaya bangsanya sendiri. Sehingga diharapkan segenap warganegara terutama para generasi penerus bangsa memiliki rasa cinta akan budaya bangsanya sendiri sehingga budaya nasional semakin kokoh karena budaya lokal yangada dioptimalkan, dipelihara, dilestarikan dan diperkenalkan dan pada akhirnya ancamanmasuknya budaya asing yang dapat menghilangkan budaya dan jati diri bangsa dapatditangkal dari dalam di era globalisasi yang sudah tidak dapat disaring lagi dari luar dantidak mengenal batas lagi.
3
3
1. Konsep Budaya Lokal
Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah
ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi, tidak
mudah untuk merumuskan atau mendefinisikan konsep budaya lokal. Menurut
Irwan Abdullah, definisi kebudayaan hampir selalu terikat pada
batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Misalnya, budaya Jawa yang
merujuk pada suatu tradisi yangberkembang di Pulau Jawa. Oleh karena
itu, batas geografis telah dijadikan landasan untuk merumuskan definisi
suatu kebudayaan lokal. Namun, dalam proses perubahan sosial budaya
telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu
kebudayaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan
penyebaran media komunikasi secara global sehingga tidak ada budaya
lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian asli.
4
4
Menurut Hildred Geertz dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas di
Indonesia, di Indonesia saat ini terdapat lebih 300 dari suku bangsa
yang berbicara dalam 250 bahasa yang berbeda dan memiliki karakteristik
budaya lokal yang berbeda pula.
Wilayah Indonesia memiliki kondisi geografis dan iklim yang
berbeda-beda. Misalnya, wilayah pesisir pantai Jawa yang beriklim tropis
hingga wilayah pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua yang bersalju.
Perbedaan iklim dan kondisi geografis tersebut berpengaruh terhadap
kemajemukan budaya lokal di Indonesia.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang dari
daerah Cina Selatan sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, keadaan geografis
Indonesia yang luas tersebut telah memaksa nenek moyang bangsa
Indonesia untuk menetap di daerah yang terpisah satu sama lain. Isolasi
geografis tersebut mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau di
Nusantara tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi
dari suku bangsa lainnya. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh menjadi
kelompok masyarakat yang disatukan oleh ikatan-ikatan emosional serta
memandang diri mereka sebagai suatu kelompok masyarakat tersendiri.
Selanjutnya, kelompok suku bangsa tersebut mengem- bangkan kepercayaan
bahwa mereka memiliki asal-usul keturunan yang sama dengan didukung
oleh suatu kepercayaan yang berbentuk mitos-mitos yang hidup di dalam
masyarakat.
Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya
dan adat istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti
suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku
memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa
tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan
geografis yang terisolir menyebabkan penduduk setiap pulau
mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbeda-beda. Misalnya,
perbedaan bahasa dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas di
daerah pegunungan Gayo-Alas dengan penduduk suku bangsa Aceh yang
tinggal di pesisir pantai Aceh.
Menurut Soekmono dalam Pengantar Sejarah Kebudayaan In- donesia I,
masyarakat awal pada zaman praaksara yang datang pertama kali di
Kepulauan Indonesia adalah ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang
lalu. Selanjutnya, disusul kedatangan ras Melanosoid Negroid sekitar
10.000 tahun lalu. Ras yang datang terakhir ke Indonesia adalah ras
Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada zaman Neolithikum dan
Logam. Ras Austroloid kemudian bermigrasi ke Australia dan sisanya hidup
di di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Ras Melanesia Mongoloid
berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar
di Indonesia bagian barat. Ras-ras tersebut tersebar dan membentuk
berbagai suku bangsa di Indonesia. Kondisi tersebut juga mendorong
terjadinya kemajemukan budaya lokal berbagai suku bangsa di Indonesia.
Menurut James J. Fox, di Indonesia terdapat sekitar 250 bahasa daerah,
daerah hukum adat, aneka ragam kebiasaan, dan adat istiadat. Namun,
semua bahasa daerah dan dialek itu sesungguhnya berasal dari sumber yang
sama, yaitu bahasa dan budaya Melayu Austronesia. Di antara suku bangsa
Indonesia yang banyak jumlahnya itu memiliki dasar persamaan sebagai
berikut.
Gambar Berbagai suku bangsa di Indonesia
- Asas-asas yang sama dalam bentuk persekutuan masyarakat, seperti bentuk rumah dan adat perkawinan.
- Asas-asas persamaan dalam hukum adat.
- Persamaan kehidupan sosial yang berdasarkan asas kekeluargaan.
- Asas-asas yang sama atas hak milik tanah.
2. Ciri Budaya Lokal
Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial
yang dimiliki oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial merupakan
ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan
tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat. Lembaga sosial
memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam yang sangat kuat. Hal itu
ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan anggota lembaga
sosial tersebut. Dalam lembaga sosial, hubungan sosial di antara
anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas yang
tinggi terhadap pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki. Bentuk
kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong di
Jawa dan di dalam sistem banjar atau ikatan adat di Bali. Gotong royong
merupakan ikatan hubungan tolong-menolong di antara masyarakat desa. Di
daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat terwujud dalam banyak
aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen bersama merupakan
beberapa contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai sekarang masih
dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di dalam masyarakat Jawa, kebiasaan
gotong royong terbagi dalam berbagai macam bentuk. Bentuk itu di
antaranya berkaitan dengan upacara siklus hidup manusia, seperti
perkawinan, kematian, dan panen yang dikemas dalam bentuk selamatan.
Gambar Gotong Royong
Antropologia
Clifford Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat yang banyak menulis mengenai kebudayaan Bali dan Jawa menguraikan gambaran acara selamatan dalam masyarakat Jawa dalam karya monumentalnya The Religion of Java (Abangan, Santri, dan Priyayi ). Karya ini memberikan gambaran bahwa salah satu aspek dari kebudayaan masyarakat Jawa yang tak lekang dimakan usia adalah budaya selamatan. Sampai sekarang, kita masih bisa menemukan acara selamatan meskipun dalam kemasan yang berbeda di daerah perkotaan dan pedesaan. Karyanya mengenai kebudayaan Bali yang begitu detail dan kaya akan data lapangan serta interpretasi yang mengagumkan ditulis dalam buku NEGARA The Theatre State in Nineteenth Century Bali (Negara Teater: Kerajaan-Kerajaan di Bali Abad Sembilan Belas).
Di dalam masyarakat Jawa, pelaksanaan selamatan ada yang dilakukan
secara individual ataupun secara kolektif. Tujuannya adalah untuk
memperkuat ikatan sosial masyarakat yang dilakukan oleh suatu kelompok
sosial tertentu. Misalnya, keraton Yogyakarta dan Surakarta adalah
kelompok masyarakat yang paling sering melakukan ritual selamatan
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, seperti gerebeg, sedekah
bumi, upacara apeman, dan gunungan yang masih dilaksanakan sampai
sekarang.
Baca: Makalah Keberagaman Budaya di Indonesia
Di daerah Bali, beberapa bentuk kebudayaan lokal masih dilaksanakan
sampai saat ini. Misalnya, mebanten atau membuat sesaji setiap hari
sebanyak tiga kali oleh masyarakat Bali sebagai perwujudan rasa syukur,
hormat, dan penyembahan kepada Tuhan. Konsep kepercayaan masyarakat Bali
yang menjadi budaya adalah adat untuk melilitkan kain berwarna hitam
dan putih pada batang pohon yang besar, tiang, dan bangunan di setiap
daerah di Pulau Bali. Selain itu, contoh budaya lokal adalah upacara
Ngaben yang saat ini menjadi tontonan para wisatawan yang datang ke
Bali. Ngaben adalah upacara tradisi membakar jenazah orang yang sudah
meninggal sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang sudah
meninggal.
Gambar Upacara ngabend di Pulau Bali
Salah satu aktivitas masyarakat Bali yang diikat oleh prinsip kebudayaan
lokal adalah sistem pengairan di Bali yang disebut Subak. Subak adalah
salah satu bentuk gotong royong atau sistem pengelolaan air untuk
mengairi lahan persawahan berbentuk organisasi yang anggotanya diikat
oleh pura subak. Di dalam sistem subak terdapat pembagian kerja
berdasarkan hak dan kewajiban sebagai anggota subak. Oleh karena itu,
apabila ada warga yang tidak menjadi anggota maka ia tidak berhak atas
jatah air untuk mengairi sawahnya dan mengurus pura serta bebas dari
semua kewajiban di sawah dan pura.
6
perbedaan
Budaya lokal di Indonesia mempunyai berbagai perbedaan. Suku-
suku bangsa yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan
bersentuhan dengan budaya modern, seperti suku Jawa, Minangkabau, Batak,
Aceh, dan Bugis memiliki budaya lokal yang berbeda dengan suku bangsa
yang masih tertutup atau terisolasi seperti suku Dayak di pedalaman
Kalimantan atau suku bangsa Wana di Sulawesi Tengah.
7
kesimpulan
Perbedaan budaya tersebut bisa menimbulkan konflik sosial akibat adanya
perbedaan perilaku yang dilandasi nilai-nilai budaya yang berbeda. Oleh
karena itu, diperlukan konsep budaya yang mengandung nilai kebersamaan,
saling menghormati, toleransi, dan solidaritas antar- warga masyarakat
yang hidup dalam komunitas yang sama. Misalnya, para mahasiswa yang
tinggal di rumah indekos di Yogyakarta. Para mahasiswa tersebut berasal
dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki budaya dan adat
istiadat yang berbeda-beda. Perbedaan budaya tersebut bisa menimbulkan
konflik sosial dalam kehidupan sehari-hari apabila tidak dikelola dengan
baik. Oleh karena itu, diperlukan rasa toleransi dan saling menghormati
antarpenghuni rumah indekos. Sikap toleransi antarpenghuni rumah
indekos tersebut akan muncul apabila didasari prinsip relativisme budaya
yang memandang bahwa setiap kebudayaan tersebut berbeda dan unik serta
tidak ada nilai-nilai budaya suatu kelompok yang dianggap lebih baik
atau buruk dibanding kelompok lainnya.
8
Daftar Pustaka Makalah Budaya Lokal di Indonesia
L, Siany., Atiek Catur B. (2009). Khazanah Antropologi 1: Untuk Kelas XI SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas
Daftar Pustaka Makalah Budaya Lokal di Indonesia
L, Siany., Atiek Catur B. (2009). Khazanah Antropologi 1: Untuk Kelas XI SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas
9